Wednesday, 12 December 2007

Pasar Tradisional, Dibicarakan... Juga Dipinggirkan

Oleh Jodhi

Berkali-kali pasar tradisional dilokakaryakan, disarasehankan, dibicarakan,namun berkali-kali itu pula pasar tradisional dipinggirkan.

Lihatlah, pasar-pasar modern atau biasa disebut hyper-market, mal, sampai mart yang terus melebarkan sayapnya ke pinggir-pinggir kota. Bahkan kepakan sayapnya sampai ke tingkat RW sebagaimana dilakukan pemilik mart.

Dalam bahasa Antropolog Universitas Indonesia, Drs. Semiarto Aji, MA pada jumpa pers menjelang lokakarya "Pemberdayaan Pasar Tradisional di Era Hypermarket" pada Rabu (22/9) di Jakarta, fenomena keterdesakan pasar tradisional ini merupakan bagian dari isu eksploitasi atas masyarakat sederhana oleh masyarakat kompleks (kota/pemilik modal). Lama-lama, ujar Semiarto, masyarakat sederhana bisa jadi punah.

Lebih spesifik lagi, apa yang terjadi dengan memudarnya pamor pasar tradisional di Indonesia adalah bagian dari sistem ekonomi politik Indonesia berupa kolusi antara pengambil kebijakan dan pemilik modal.

Walhasil, aturan main yang dibuat juga lebih berpihak kepada kaum pemodal ketimbang kepada wong cilik sebagai pengguna pasar tradisional.

Padahal, ungkap Direktur Tradisi I Gusti Nyoman Widja, SH, sebelum hypermarket ada, pasar tradisional merupakan ciri bagi negara berkembang. Dengan tingkat pendapatan dan perekonomian masyarakat yang kurang begitu tinggi, masyarakat lebih suka berbelanja ke pasar tradisional. Namun sesuai perkembangan zaman, era budaya masyarakat kita sudah mulai bergeser. Mereka mulai beralih ke pasar modern.

Agar masyarakat kembali melirik keberadaan pasar tradisional yang nota bene merupakan basis kekuatan UKM (Usaha Kecil Menengah), Direktorat Tradisi Departemen Kebudayaan dan Pariwisata berencana menyelenggarakan lokakarya dengan judul "Pemberdayaan Pasar Tradisional di Era Hypermart" yang akan berlangsung di Jakarta, 28-30 Novemver 2007.

Beberapa tokoh akan menjadi narasumber. Serbutlah, Prof Dr Meutia F Swasono, Prof Dr Sri Edi Swasono dan Gde Ardika. Pada acara ini juga akan digelar pameran foto pasar tradisional dan produk-produknya dan kunjungan ke beberapa pasar tradisional.

Nyoman Widja memastikan, kegiatan ini akan menghasilkan sebuah rekomendasi sebagai bahan penetapan peraturan perundangan tentang perpasaran dan keberpihakan pemerintah, swasta, dan masyarakat tradisional yang berbasis budaya dan wisata dalam rangka pemberdayaan rakyat. (Dari KCM, Senin, 26 November 2007)

No comments: